Semua anak pasti pengen banget hidup bahagia bersama anggota keluarga yang lengkap. Di sana ada ayah, ibu, dan saudara-saudara kita. Bahagia sekali rasanya kalo bisa melewati setiap detik napas yang kita miliki bersama mereka. Tertawa, bercanda, bercengkrama bersama-sama.
Tapi tak semua keinginan bisa diwujudkan. Tak semua impian bisa jadi kenyataan. Kita, sebagai manusia hanya bisa berkehendak, tapi Yang Di Ataslah yang menentukan.
Aku lahir dan besar di keluarga yang sangat bahagia. Aku tumbuh bersama keempat adikku. Ayah dan Ibuku adalah pasangan suami-istri yang sangat sempurna. Jarang ada pertengkaran diantara mereka. Terlihat sekali mereka saling mengasihi satu sama lain. Ayahku sangat jujur, sederhana, pintar, bijaksana, humoris, pekerja keras dan sangat apa adanya. Begitu juga halnya dengan Ibuku. Ibu adalah wanita terlembut dan tersabar yang pernah aku temui dalam hidupku. Bahagia sekali rasanya memiliki mereka. Mereka tidak pernah membiarkan kami, anak-anak mereka, hidup dalam keadaan berkekurangan. Mereka berhasil membuat kami bahagia dan bangga memiliki mereka. Ya Tuhan, aku mohon balaskan semua kebaikan mereka. Dari mereka aku belajar bermimpi sehingga sekarang aku benar-benar jadi pemimpi. Mimpi-mimpi itu yang mendorong aku hingga aku bisa berdiri di sini jauh dari sentuhan dan pandangan mereka.
Gak ada orang di dunia ini yang mau dan rela kehilangan salah satu anggota kelurganya. Apalagi itu orangtua kita. Gak ada, pasti gak ada yang mau. Hal yang paling aku takuti ketika aku jauh dari keluargaku adalah aku takut kehilangan mereka selama-lamanya ketika aku tidak bersama mereka. Kejamnya, ternyata ketakutan itu menjadi kenyataan. Aku mesti rela kehilangan ayahku ditahun kedua aku menginjak bangku kuliah. Bisa dibayangkankan bagaiman hancurnya perasaanku. Aku merasa yang aku alami sungguh tidak adil. Hatiku hancur, semangatku hilang dan semua mimpi-mimpiku serasa ambruk.
Bagaimana bisa aku ditinggalkan Ayah untuk selama-lamanya, disaat aku masih belum sanggup berdiri sendiri di atas kakiku. Bagaimana dengan Ibu dan adik-adikku?. . Aku gak bisa berhenti merutuk kepada Tuhan kalau ini sungguh kejam. Kejadian ini sungguh gak bisa dipercaya. Ayahku yang masih kuat, muda, bersemangat dan segar ternyta sekarang sudah terbujur kaku di depan kami… Aku ingin teriak, teriak sejadi-jadinya. Aku mau seluruh alam tahu kalau ini sungguh gak adil. Betapa teganya Tuhan melakukan ini terhadap keluarga kami. Apa salah kami?
Aku kasihan sama Ibuku, yang mesti kehilangan belahan jiwanya. Aku kasihan pada adik-adikku. Aku kasihan pada diriku sendiri. Kami kehilangan penyemangat hidup kami. Tak pernah terlintas dipikiranku, kalau hidupku akan seperti ini. Ini sungguh menyakitkan.
Hampir dua tahun telah berlalu. Aku dan keluargaku meniti hidup tanpa sosok Ayah. Kami berjalan tertatih-tahih, menyusun kembali hati yang telah hancur. Merangkai kembali semangat yang sempat pudar. Hal itu sungguh tidak mudah bagi kami. Butuh waktu yang sangat lama untuk mengeringkan airmata kami. Luka karena kehilangan ayah sungguh dalam menusuk hati dan jiwa kami.
Walaupun berduka aku tetap mencoba melanjutkan mimpiku, mimpi Ayah, mimpi Ibu dan mimpi adik-adikku. Beraaaat sekali rasanya. Mimpiku yang sudah separuh jalan seakan jauh dari jangkauanku. Jalanku gak mulus. Aku harus jatuh berkali-kali, hingga hari ini aku masih tetap bertahan melawan rasa sakit karena kehilangan untuk terus melanjutkan mimpi-mimpi keluargaku.
Aku ingin mereka tersenyum bahagia. Aku ingin menggantikan airmata mereka dengan tawa yang tak berkesudahan. Dan aku juga ingin melihat senyum Ayah di surga. Karena mereka adalah hidupku, napasku, dan mimpi-mimpiku. Doakan aku, agar mimpi-mimpi kita segera terwujud. ..
I love U all… God Bless
Tapi tak semua keinginan bisa diwujudkan. Tak semua impian bisa jadi kenyataan. Kita, sebagai manusia hanya bisa berkehendak, tapi Yang Di Ataslah yang menentukan.
Aku lahir dan besar di keluarga yang sangat bahagia. Aku tumbuh bersama keempat adikku. Ayah dan Ibuku adalah pasangan suami-istri yang sangat sempurna. Jarang ada pertengkaran diantara mereka. Terlihat sekali mereka saling mengasihi satu sama lain. Ayahku sangat jujur, sederhana, pintar, bijaksana, humoris, pekerja keras dan sangat apa adanya. Begitu juga halnya dengan Ibuku. Ibu adalah wanita terlembut dan tersabar yang pernah aku temui dalam hidupku. Bahagia sekali rasanya memiliki mereka. Mereka tidak pernah membiarkan kami, anak-anak mereka, hidup dalam keadaan berkekurangan. Mereka berhasil membuat kami bahagia dan bangga memiliki mereka. Ya Tuhan, aku mohon balaskan semua kebaikan mereka. Dari mereka aku belajar bermimpi sehingga sekarang aku benar-benar jadi pemimpi. Mimpi-mimpi itu yang mendorong aku hingga aku bisa berdiri di sini jauh dari sentuhan dan pandangan mereka.
Gak ada orang di dunia ini yang mau dan rela kehilangan salah satu anggota kelurganya. Apalagi itu orangtua kita. Gak ada, pasti gak ada yang mau. Hal yang paling aku takuti ketika aku jauh dari keluargaku adalah aku takut kehilangan mereka selama-lamanya ketika aku tidak bersama mereka. Kejamnya, ternyata ketakutan itu menjadi kenyataan. Aku mesti rela kehilangan ayahku ditahun kedua aku menginjak bangku kuliah. Bisa dibayangkankan bagaiman hancurnya perasaanku. Aku merasa yang aku alami sungguh tidak adil. Hatiku hancur, semangatku hilang dan semua mimpi-mimpiku serasa ambruk.
Bagaimana bisa aku ditinggalkan Ayah untuk selama-lamanya, disaat aku masih belum sanggup berdiri sendiri di atas kakiku. Bagaimana dengan Ibu dan adik-adikku?. . Aku gak bisa berhenti merutuk kepada Tuhan kalau ini sungguh kejam. Kejadian ini sungguh gak bisa dipercaya. Ayahku yang masih kuat, muda, bersemangat dan segar ternyta sekarang sudah terbujur kaku di depan kami… Aku ingin teriak, teriak sejadi-jadinya. Aku mau seluruh alam tahu kalau ini sungguh gak adil. Betapa teganya Tuhan melakukan ini terhadap keluarga kami. Apa salah kami?
Aku kasihan sama Ibuku, yang mesti kehilangan belahan jiwanya. Aku kasihan pada adik-adikku. Aku kasihan pada diriku sendiri. Kami kehilangan penyemangat hidup kami. Tak pernah terlintas dipikiranku, kalau hidupku akan seperti ini. Ini sungguh menyakitkan.
Hampir dua tahun telah berlalu. Aku dan keluargaku meniti hidup tanpa sosok Ayah. Kami berjalan tertatih-tahih, menyusun kembali hati yang telah hancur. Merangkai kembali semangat yang sempat pudar. Hal itu sungguh tidak mudah bagi kami. Butuh waktu yang sangat lama untuk mengeringkan airmata kami. Luka karena kehilangan ayah sungguh dalam menusuk hati dan jiwa kami.
Walaupun berduka aku tetap mencoba melanjutkan mimpiku, mimpi Ayah, mimpi Ibu dan mimpi adik-adikku. Beraaaat sekali rasanya. Mimpiku yang sudah separuh jalan seakan jauh dari jangkauanku. Jalanku gak mulus. Aku harus jatuh berkali-kali, hingga hari ini aku masih tetap bertahan melawan rasa sakit karena kehilangan untuk terus melanjutkan mimpi-mimpi keluargaku.
Aku ingin mereka tersenyum bahagia. Aku ingin menggantikan airmata mereka dengan tawa yang tak berkesudahan. Dan aku juga ingin melihat senyum Ayah di surga. Karena mereka adalah hidupku, napasku, dan mimpi-mimpiku. Doakan aku, agar mimpi-mimpi kita segera terwujud. ..
I love U all… God Bless
Tidak ada komentar:
Posting Komentar